Pada malam ini, Kamis, 5 Juni 2025, Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta akan menjadi saksi pertarungan sengit antara Tim Nasional (Timnas) Indonesia dan China dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Laga ini tidak hanya penting dari sisi teknis, tetapi juga menyimpan pesan moral yang dalam, terutama terkait dengan sikap suporter.
1. Latar Belakang Laga Indonesia vs China
Pertandingan ini menjadi sangat krusial bagi Timnas Indonesia yang tengah berusaha memperbaiki posisi mereka di klasemen Grup C. Setelah hasil imbang melawan Bahrain dan kekalahan dari China pada pertemuan sebelumnya, skuad Garuda bertekad untuk meraih kemenangan guna menjaga peluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
2. Sikap Suporter yang Diharapkan
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, telah berulang kali menekankan pentingnya sikap positif dan tidak diskriminatif dari suporter Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, Erick menyatakan bahwa suporter Indonesia dikenal ramah dan menghargai kedatangan suporter dari negara lain. Ia berharap agar suporter tetap menjaga sikap sportif dan tidak mudah terprovokasi oleh faktor eksternal yang dapat merusak citra bangsa.
3. Tindakan Diskriminatif yang Pernah Terjadi
Sayangnya, dalam beberapa laga sebelumnya, terdapat insiden yang menunjukkan sikap diskriminatif dari sebagian oknum suporter. Misalnya, pada pertandingan melawan Guinea, muncul komentar-komentar rasis di media sosial yang ditujukan kepada pemain Guinea. Erick Thohir menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya dan harus segera dihentikan.
4. Upaya PSSI dalam Mencegah Diskriminasi
Sebagai langkah preventif, PSSI telah bekerja sama dengan pihak keamanan dan penyelenggara pertandingan untuk memastikan bahwa setiap suporter yang hadir di stadion mematuhi aturan dan tidak melakukan tindakan diskriminatif. Selain itu, PSSI juga aktif melakukan edukasi kepada suporter melalui berbagai platform untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sikap inklusif dan menghargai perbedaan.
5. Pesan Erick Thohir Menjelang Laga
Menjelang pertandingan malam ini, Erick Thohir kembali mengingatkan seluruh suporter untuk menunjukkan sikap terbaik mereka. Ia berharap agar suporter Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam hal sportivitas dan toleransi. “Mari kita dukung Timnas Indonesia dengan penuh semangat, namun tetap dengan sikap yang santun dan tidak diskriminatif,” ujar Erick.
6. Harapan untuk Masa Depan
Ke depan, Erick Thohir berharap agar budaya positif ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan. Ia meyakini bahwa dengan sikap yang baik dari suporter, Timnas Indonesia akan semakin termotivasi untuk meraih prestasi terbaiknya di kancah internasional.
7. Kesimpulan
Pertandingan Indonesia vs China malam ini lebih dari sekadar ajang adu strategi di lapangan. Ini adalah kesempatan bagi seluruh suporter untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas. Dengan dukungan yang positif, bukan tidak mungkin Timnas Indonesia akan mencapai kesuksesan yang diharapkan.
Mari bersama-sama kita tunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang ramah, inklusif, dan selalu siap mendukung Timnas Indonesia dengan cara yang terbaik.
8. Rekam Jejak Pertemuan Indonesia vs China
Secara historis, Timnas Indonesia memiliki rekor yang kurang menguntungkan saat menghadapi China. Dari beberapa pertemuan terakhir di berbagai ajang, Timnas Indonesia kerap kali harus mengakui keunggulan lawannya. China dikenal memiliki tim yang kuat, baik dari segi fisik maupun teknis.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, performa Timnas Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan. Di bawah pelatih Shin Tae-yong, skuad Garuda menunjukkan semangat dan kualitas permainan yang lebih matang. Ini memberikan harapan bahwa laga malam ini bisa menjadi momen revans atas kekalahan sebelumnya.
9. Peran Strategis Laga Ini dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026
Laga malam ini adalah bagian dari putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Indonesia saat ini bersaing ketat di Grup C bersama China, Thailand, dan Bahrain. Poin penuh dari pertandingan ini sangat penting, mengingat hanya dua tim teratas yang berhak melaju ke putaran ketiga.
Kemenangan atas China akan membuka peluang besar bagi Indonesia, tidak hanya untuk lolos ke fase berikutnya tetapi juga sebagai bukti konkret dari kemajuan sepak bola nasional. Oleh karena itu, seluruh pihak – pemain, pelatih, hingga suporter – diharapkan bisa bersinergi untuk hasil terbaik.
10. Sorotan Terhadap Etika Suporter dan Dampaknya
Dalam sepak bola modern, perilaku suporter menjadi cerminan dari identitas bangsa. Ketika terjadi tindakan diskriminatif atau rasis di tribun atau media sosial, dampaknya bisa luas – mulai dari sanksi federasi internasional, penurunan citra negara, hingga mempengaruhi psikologis pemain.
Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI menyadari hal ini. Ia menegaskan bahwa PSSI siap menindak tegas suporter atau individu yang terbukti melakukan tindakan diskriminatif. Hal ini penting sebagai pembelajaran bahwa sepak bola bukan hanya soal menang-kalah, tetapi juga soal keadaban.
11. Suporter dan Media Sosial: Pedang Bermata Dua
Di era digital, media sosial menjadi kanal utama bagi suporter untuk mengekspresikan dukungan maupun kekecewaan. Sayangnya, banyak pula yang menggunakan media ini untuk menyebarkan ujaran kebencian atau diskriminasi terhadap pemain lawan, wasit, bahkan pemain sendiri.
Erick Thohir kembali mengingatkan agar media sosial digunakan untuk menyebarkan semangat positif. Ia juga mengajak para influencer dan komunitas daring untuk menyebarkan pesan sportivitas, toleransi, dan cinta tanah air melalui cara-cara yang bermartabat.
12. Gerakan Nasional Suporter Positif
Melihat pentingnya peran suporter, beberapa kelompok suporter dan komunitas sepak bola menginisiasi gerakan #SuporterPositif – gerakan nasional untuk mendukung Timnas Indonesia dengan cara-cara yang beradab, kreatif, dan bebas diskriminasi.
Kampanye ini juga disambut baik oleh PSSI dan beberapa tokoh publik, termasuk artis dan mantan pemain nasional. Dengan kolaborasi seperti ini, diharapkan perilaku negatif suporter bisa ditekan, dan muncul budaya baru dalam mendukung sepak bola Indonesia.
13. Profil Erick Thohir: Di Balik Upaya Perubahan Budaya Suporter
Erick Thohir bukan sekadar administrator sepak bola. Dengan latar belakang sebagai pengusaha sukses dan mantan pemilik klub Eropa seperti Inter Milan, ia memiliki visi besar untuk memodernisasi sepak bola Indonesia. Salah satu fokusnya adalah pembenahan budaya suporter.
Erick memahami bahwa perubahan harus dimulai dari akar. Ia mendorong pelibatan komunitas suporter dalam diskusi kebijakan, menginisiasi kampanye pendidikan suporter, dan melibatkan tokoh agama serta pemuda dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya diskriminasi.
14. Peran Pelatih dan Pemain dalam Membangun Iklim Positif
Pelatih Shin Tae-yong dan kapten timnas, Asnawi Mangkualam, juga tidak tinggal diam dalam mengatasi isu diskriminasi. Mereka rutin mengingatkan bahwa sepak bola adalah permainan yang menyatukan. Dalam beberapa sesi latihan terbuka, mereka sering mengajak anak-anak muda untuk menghargai lawan.
Pesan ini penting karena sering kali suporter muda meniru idola mereka di lapangan. Ketika pemain menunjukkan sikap respek terhadap lawan, maka suporter pun akan mengikuti. Ini menjadi budaya positif yang dapat diwariskan lintas generasi.
15. Pembelajaran dari Negara Lain: Jepang dan Inggris
Negara seperti Jepang telah lama dikenal memiliki suporter paling disiplin dan ramah di dunia. Mereka bahkan membersihkan tribun seusai pertandingan – terlepas dari hasil pertandingan. Budaya ini tidak dibangun dalam semalam, tapi melalui edukasi dan keteladanan.
Sementara di Inggris, suporter klub seperti Liverpool dan Manchester United kerap dihukum berat ketika terbukti melakukan tindakan diskriminatif, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Federasi sepak bola mereka bekerja sama dengan aparat hukum dan platform media untuk menindak tegas pelanggaran.
Indonesia bisa belajar dari praktik-praktik tersebut untuk memperbaiki wajah sepak bolanya.
16. Tantangan dalam Menerapkan Aturan Antidiskriminasi
Meskipun PSSI sudah menyusun kode etik dan aturan terkait antidiskriminasi, pelaksanaan di lapangan masih menghadapi banyak tantangan. Mulai dari kurangnya pemahaman suporter tentang batas-batas kritik, hingga lemahnya sistem pelaporan.
Erick Thohir berencana menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk membuat sistem aduan daring dan edukasi digital yang lebih masif, serta menggandeng aparat kepolisian untuk pengamanan laga yang lebih humanis namun tegas terhadap pelanggar aturan.
17. Harapan dan Pesan untuk Generasi Muda
Sepak bola adalah cermin masyarakat. Jika generasi muda bisa belajar menjunjung tinggi nilai sportivitas di stadion, maka mereka juga akan membawa semangat itu ke kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, suporter muda harus menjadi garda terdepan dalam memerangi diskriminasi.
Erick Thohir mengatakan:
“Sepak bola bukan hanya soal siapa yang menang, tapi bagaimana kita semua tumbuh menjadi bangsa yang lebih dewasa. Mari tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia besar bukan karena amarah, tapi karena cinta dan hormat pada sesama.”
18. Analisis Taktik Jelang Laga Indonesia vs China
Pelatih Shin Tae-yong dikenal memiliki pendekatan taktik yang fleksibel dan berbasis pressing tinggi. Menghadapi China malam ini, banyak pihak memprediksi Indonesia akan tampil dengan formasi dasar 3-4-3 atau 4-3-3, mengandalkan kecepatan sayap dan pressing ketat sejak menit pertama.
Beberapa pemain kunci yang diperkirakan tampil:
- Asnawi Mangkualam di sektor bek kanan, dikenal tangguh dan disiplin
- Jordi Amat dan Elkan Baggott sebagai benteng utama di lini belakang
- Marselino Ferdinan, motor serangan yang kreatif dari lini tengah
- Rafael Struick dan Witan Sulaeman untuk opsi sayap dan tusukan cepat
Sementara itu, China kemungkinan akan bermain dengan skema pragmatis 4-2-3-1, mengandalkan kekuatan fisik dan kedalaman skuad yang merata. Mereka unggul di lini tengah dalam duel-duel udara, dan berpotensi mengandalkan set piece sebagai senjata utama.
19. Laga Malam Ini Sebagai Ukuran Kematangan Tim
Pertandingan ini bukan hanya penentu klasemen, tapi juga ujian mental. Timnas Indonesia seringkali tampil dominan saat bermain di kandang, namun tekanan dari ekspektasi publik bisa menjadi pisau bermata dua.
Shin Tae-yong menyadari pentingnya mengendalikan emosi pemain. Ia telah menggelar sesi khusus untuk membahas mental bertanding dan sikap profesionalisme, termasuk bagaimana menghadapi tekanan dari suporter dan media. Di sinilah pentingnya dukungan suporter yang konstruktif, bukan destruktif.
20. Antusiasme Suporter Jelang Laga
Tiket pertandingan Indonesia vs China malam ini telah terjual habis dalam waktu singkat. Atmosfer Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) diprediksi akan meledak dengan dukungan lebih dari 70.000 suporter.
Berbagai kelompok suporter seperti Jakmania, Viking, dan Bonek bersatu dalam semangat mendukung Timnas. Ini menjadi bukti bahwa sepak bola tetap menjadi pemersatu bangsa di tengah perbedaan. Namun, Erick Thohir tetap mengingatkan bahwa euforia harus dibarengi tanggung jawab moral.
21. Media Internasional Menyoroti Indonesia
Pernyataan Erick Thohir soal pentingnya menghindari diskriminasi juga mendapat perhatian media asing. Outlet seperti ESPN Asia, Goal.com, dan media olahraga China mengapresiasi langkah preventif dari federasi Indonesia.
Hal ini menjadi sinyal positif bahwa Indonesia tidak hanya ingin berkembang di sisi teknis, tetapi juga siap menjadi tuan rumah yang baik secara budaya dan sosial. “Erick Thohir is setting the standard for responsible football leadership in Asia,” tulis salah satu artikel di Football Asia Weekly.
22. Peran Media Lokal dalam Edukasi Suporter
Media lokal seperti Kompas, Bola.net, DetikSport, dan TVRI Sport juga berperan besar dalam mengkampanyekan sportivitas. Sejak beberapa hari sebelum laga, mereka menayangkan iklan layanan masyarakat, wawancara pemain, dan pesan moral soal toleransi dan kebhinekaan.
Acara bincang-bincang olahraga di TV dan radio juga aktif membahas pentingnya perilaku suporter. Bahkan, beberapa podcast populer mulai mengangkat tema “suporter cerdas, sepak bola maju”.
23. Tanggapan Suporter: Refleksi dan Harapan
Dalam berbagai forum dan media sosial, suporter menyambut baik ajakan Erick Thohir. Banyak dari mereka yang sadar bahwa citra suporter Indonesia sempat tercoreng oleh tindakan segelintir oknum.
Seorang anggota Jakmania menulis di Twitter:
“Kami datang untuk mendukung, bukan menghina. Kalau kita mau maju, kita juga harus berubah. Respect!”
Ada pula yang mengusulkan agar PSSI mengadakan pelatihan sukarela untuk suporter sebelum pertandingan penting, guna memberi pemahaman soal aturan FIFA tentang diskriminasi dan konsekuensinya.
24. Potensi Sanksi FIFA: Realitas yang Harus Dipahami
FIFA dan AFC memiliki aturan ketat terhadap tindakan diskriminasi dalam pertandingan internasional. Jika terbukti, federasi bisa dikenakan denda, larangan tanding tanpa penonton, bahkan pengurangan poin.
PSSI sudah memiliki pengalaman dengan sanksi ini dalam beberapa kasus sebelumnya. Itulah mengapa langkah antisipatif Erick Thohir menjadi sangat penting. Edukasi lebih baik daripada penyesalan.
25. Generasi Baru dan Harapan Masa Depan
Suporter muda saat ini adalah harapan masa depan sepak bola Indonesia. Mereka tumbuh di era digital yang penuh keterbukaan dan kemajuan. Diharapkan, mereka bisa membawa semangat baru: mendukung dengan cerdas, kritis namun tidak kasar, ekspresif tapi tidak menghina.
Jika generasi ini berhasil membawa perubahan budaya suporter, maka transformasi besar dalam sepak bola Indonesia bukan lagi impian.
26. Kesimpulan Sementara
Pertandingan Indonesia vs China malam ini adalah lebih dari sekadar laga sepak bola. Ini adalah panggung nasional, di mana kita menguji:
- Kematangan taktik dan teknik pemain
- Kedewasaan suporter dalam bersikap
- Komitmen PSSI dalam membentuk ekosistem sepak bola modern
Erick Thohir mengambil peran penting sebagai pemimpin federasi yang tidak hanya fokus pada hasil di lapangan, tetapi juga pada moral, karakter, dan citra bangsa.
27. Kutipan Inspiratif Erick Thohir
Sebagai penutup bagian ini, mari simak kutipan terbaru dari Erick Thohir dalam konferensi pers jelang pertandingan:
“Sepak bola adalah milik semua. Kita boleh bersaing di lapangan, tapi harus bersatu di tribun. Tidak boleh ada rasisme, tidak boleh ada diskriminasi. Kita semua sama—anak bangsa yang mencintai Indonesia.”
28. Data dan Statistik Pendukung
Statistik adalah alat penting dalam menggambarkan seberapa kompetitif pertandingan ini. Berikut beberapa data menarik menjelang laga Indonesia vs China:
Kategori | Indonesia | China |
---|---|---|
Ranking FIFA (per Juni 2025) | 134 | 84 |
Gol Tercipta di Kualifikasi | 5 gol | 9 gol |
Kebobolan | 4 gol | 3 gol |
Pemain Paling Produktif | Rafael Struick (2 gol) | Wu Lei (4 gol) |
Rata-rata Usia Pemain | 24.8 tahun | 26.5 tahun |
Data ini menunjukkan bahwa China sedikit lebih unggul dalam statistik mentah, namun Indonesia memiliki kekuatan dalam regenerasi dan stamina karena rata-rata usia pemain yang lebih muda.
29. Studi Kasus: Transformasi Budaya Suporter di Eropa
Kita bisa belajar dari transformasi budaya suporter yang terjadi di Jerman pasca-2000-an. Klub-klub Bundesliga bekerja sama dengan federasi dan lembaga sosial untuk mengedukasi suporter lewat berbagai program:
- Pelatihan kepemimpinan suporter muda
- Larangan masuk stadion bagi pelaku diskriminasi
- Kampanye anti-rasisme oleh pemain top
Indonesia dapat mengadopsi program serupa melalui kerja sama PSSI dengan komunitas-komunitas akar rumput.
30. Perbandingan Reaksi Suporter: Dulu dan Sekarang
Masih segar dalam ingatan publik ketika pada tahun 2019, suporter Indonesia membuat kericuhan saat melawan Malaysia, yang berujung pada sanksi FIFA. Namun sejak saat itu, ada peningkatan signifikan dalam kesadaran kolektif.
Melalui pendekatan dialogis dan edukatif, kini banyak kelompok suporter yang membentuk kode etik internal, seperti:
- Tidak membawa spanduk provokatif
- Melakukan chanting tanpa hinaan
- Menjaga kebersihan stadion
Ini adalah fondasi penting menuju reformasi budaya suporter Indonesia.
31. Perspektif Psikologis: Mengapa Diskriminasi Muncul di Tribun?
Dari perspektif psikologi sosial, diskriminasi di stadion seringkali muncul dari:
- Efek kerumunan (mob mentality)
- Perasaan superioritas kelompok
- Kebutuhan melampiaskan frustrasi
Dalam konteks ini, sangat penting untuk menanamkan kesadaran individual, bahwa setiap tindakan membawa konsekuensi. Kampanye dari tokoh publik seperti Erick Thohir membantu memutus rantai normalisasi perilaku negatif ini.
32. Pendidikan Formal dan Kurikulum Sportivitas
Mengapa tidak mulai dari sekolah?
Beberapa negara maju telah memasukkan nilai-nilai sportivitas dan toleransi dalam kurikulum pendidikan jasmani. Indonesia bisa mengadopsi langkah serupa agar sejak dini, anak-anak diajarkan bahwa dalam olahraga:
- Lawan adalah partner belajar
- Kekalahan bukan aib
- Kemenangan tidak memberi hak untuk menghina
Erick Thohir menyebut bahwa kerja sama lintas sektor (Kemendikbud, Kemenpora, dan PSSI) bisa menjadi kunci suksesnya pendekatan ini.
33. Partisipasi Diaspora dalam Dukung Timnas
Dalam laga penting seperti melawan China, diaspora Indonesia di luar negeri juga aktif menyuarakan dukungan. Ini menunjukkan bahwa sepak bola telah menjadi semacam “agama sipil” yang menyatukan berbagai elemen bangsa, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan.
Di media sosial, tagar seperti #GarudaBersatu, #DukungTanpaCaci, dan #IndonesiaTanpaDiskriminasi menjadi viral, menandakan pergeseran budaya digital ke arah yang lebih positif.
34. Peran Klub dalam Mendidik Suporter
PSSI bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab. Klub-klub Liga 1 dan Liga 2 juga memiliki peran dalam membentuk karakter suporter.
Beberapa inisiatif progresif telah terlihat:
- Persija dan Persebaya mengadakan workshop anti-diskriminasi
- Arema FC menyiapkan panduan suporter ramah keluarga
- PSM Makassar mendorong literasi media suporter melalui kanal YouTube resmi
Langkah-langkah ini sejalan dengan misi besar Erick Thohir: transformasi ekosistem sepak bola nasional dari hulu ke hilir.
35. Kolaborasi Lintas Agama dan Budaya dalam Sepak Bola
Indonesia sebagai negara multikultural memiliki peluang emas untuk menjadikan sepak bola sebagai ruang dialog lintas iman dan budaya. Beberapa komunitas suporter seperti Lentera Garuda, Suporter Lintas Iman, dan Football for Peace Indonesia telah memulai gerakan kecil namun berdampak.
Mereka menyelenggarakan:
- Doa bersama lintas agama sebelum pertandingan
- Nobar (nonton bareng) dengan narasi perdamaian
- Diskusi pascalaga tentang toleransi
Langkah ini sangat penting untuk menciptakan atmosfer sepak bola yang damai dan edukatif.
36. Strategi Erick Thohir untuk Jangka Panjang
Erick Thohir tidak hanya bicara soal laga malam ini. Dalam wawancaranya dengan CNN Indonesia, ia menyampaikan visi jangka panjang:
“Target utama saya bukan hanya lolos ke Piala Dunia, tapi menjadikan sepak bola sebagai katalis persatuan bangsa. Kita butuh sistem, bukan euforia sesaat.”
Untuk mewujudkan ini, beberapa strategi tengah disiapkan:
- Blueprint sepak bola Indonesia 2030
- Akademi PSSI di setiap provinsi
- Sertifikasi pelatih dan edukator suporter
37. Refleksi: Apa Arti Sebenarnya dari Mendukung?
Mendukung Timnas bukan berarti memaki wasit, menghina lawan, atau menyebar kebencian online. Mendukung berarti:
- Datang dengan semangat
- Pulang dengan damai
- Menularkan energi positif ke pemain
Seorang suporter sejati tidak hanya datang ketika menang, tetapi juga tetap hadir saat kalah – dengan kepala tegak dan hati yang lapang.
38. Epilog: Laga yang Akan Dikenang
Indonesia vs China malam ini adalah titik balik. Bukan hanya soal hasil, tapi soal proses. Soal bagaimana kita memandang lawan. Soal bagaimana kita, sebagai bangsa besar, memilih untuk menyampaikan cinta lewat sorakan dan bukan hinaan.
Dan jika malam ini Indonesia menang, biarlah itu karena semangat juang dan kepercayaan diri – bukan karena caci maki di tribun.
Dan jika malam ini Indonesia kalah, biarlah itu menjadi pelajaran, bukan alasan untuk menyalahkan.
Karena seperti yang dikatakan Erick Thohir:
“Sepak bola adalah soal bagaimana kita berdiri sebagai manusia – bukan hanya sebagai pendukung.”
39. Penutup: Manifesto Suporter Masa Depan Indonesia
Dalam semangat pembaruan, mari kita bayangkan seperti apa suporter Indonesia masa depan — bukan sekadar penggemar sepak bola, tetapi warga negara yang membawa harapan bangsa ke tribun stadion dan layar televisi.
Manifesto Suporter Indonesia Masa Depan:
- Kami mendukung dengan semangat, bukan kebencian.
Kami hadir bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk mengangkat. Dalam sorakan kami, ada doa. Dalam tepuk tangan kami, ada harapan. - Kami menolak diskriminasi dalam bentuk apa pun.
Warna kulit, bahasa, asal daerah, atau agama bukan alasan untuk benci. Sepak bola adalah rumah bagi semua, dan kami adalah penjaganya. - Kami menjunjung nilai-nilai Pancasila.
Persatuan dalam keberagaman adalah kekuatan kami. Gotong royong adalah gaya dukung kami. Dan kami percaya, kemenangan yang sejati adalah saat semua merasa dihormati. - Kami tidak menyalahkan dalam kekalahan.
Kekalahan adalah bagian dari permainan, bukan alasan untuk mencaci atau mencari kambing hitam. Kami akan tetap mendukung dengan kepala tegak dan hati terbuka. - Kami adalah duta bangsa.
Di mata dunia, kami adalah wajah Indonesia. Maka kami akan menjaga perilaku, baik di stadion maupun di media sosial. Kami ingin dunia melihat bahwa Indonesia adalah negara besar dengan suporter berkelas dunia.
40. Harapan Terakhir dari Erick Thohir
Sebelum peluit pertandingan malam ini dibunyikan, satu pesan dari Erick Thohir patut menjadi renungan bersama:
“Indonesia punya 270 juta pendukung potensial. Jika semuanya bisa menjadi suporter yang cerdas, maka sepak bola kita bukan hanya akan menang—tetapi akan bermartabat. Kita tidak hanya ingin dikenal karena skor, tapi juga karena sikap.”
Kesimpulan Utama
Pertandingan Indonesia vs China malam ini adalah panggung penting, namun lebih dari itu, ini adalah panggilan. Sebuah undangan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk:
- Mendukung dengan akal dan hati
- Menghormati perbedaan
- Menolak diskriminasi dalam bentuk apa pun
Sepak bola adalah jembatan yang menyatukan, bukan jurang yang memisahkan. Jika kita mampu menunjukkan kedewasaan dan rasa hormat malam ini, maka tak peduli skor akhir berapa, Indonesia telah menang — sebagai bangsa.
Dan itu, justru kemenangan yang paling kita butuhkan hari ini.
baca juga : Keresahan Rio Pelayan Warteg yang harus Sabar Menghadapi Pembeli | SUCI 11 Audisi Surabaya