Pendahuluan
- Latar belakang konflik Israel–Iran terbaru dan gencatan senjata darurat
- Kenapa tokoh oposisi Israel muncul serukan penghentian perang di Gaza
Rincian Gencatan Senjata Israel–Iran
- Proses negosiasi diplomatik, utamanya via AS dan Qatar
- Kronologi pelaksanaan gencatan senjata dan klaim pelanggaran
Tuntutan Tokoh Oposisi Israel
- Siapa tokoh oposisi (misalnya Benny Gantz, Yair Lapid, Avigdor Lieberman)
- Argumen utama: karena bisa capai gencatan Tangkap Iran, maka juga bisa akhiri perang di Gaza
Perbandingan Reaksi Pemerintah & Koalisi Netanyahu
- Sikap menteri dan partai garis keras, seperti Bezalel Smotrich & Israel Katz
- Perbedaan pandangan atas gencatan senjata sementara vs perang total
Dinamika di Gaza: Dampak dan Tuntutan dari Hamas dan Keluarga Sandera
- Pandangan Hamas terhadap gencatan senjata
- Tekanan dari keluarga sandera agar konflik segera dihentikan
Respons Internasional & Peran Mediator
- Peran negara-negara mediator (AS, Qatar, Mesir)
- Tekanan global: AS, UE, PBB, negara-negara Arab
Analisis & Prospek Perdamaian
- Peluang gencatan senjata diperluas menjadi solusi jangka panjang
- Hambatan: keragaman misi Israel, resistensi Hamas, peran Iran
- Implikasi terhadap keamanan regional
Kesimpulan & Rekomendasi
- Refleksi: apakah momentum Israel–Iran bisa merembet ke Gaza?
- Saran diplomatik untuk memperluas kesepakatan
- Potensi kontribusi masyarakat global/inisiasi kemanusiaan
📌 Pendahuluan
Awal Juni 2025 menandai eskalasi serius dalam konflik Timur Tengah: konflik antara Israel dan Iran meledak setelah serangkaian serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, yang dibalas dengan peluncuran rudal oleh Teheran ke kota-kota Israel utara dan selatan. Upaya mediasi melalui Amerika Serikat, Qatar, dan aktor internasional lainnya akhirnya mendorong terbentuknya gencatan senjata—bahkan Presiden AS Donald Trump mengumumkan “complete and total cease-fire” pada 23 Juni .
Namun, situasi di lapangan tetap tegang. Rudal-rudal Iran terus diluncurkan, memicu serangan balasan Israel, dan menimbulkan korban sipil—setidaknya lima tewas di Beersheba hanya dalam satu serangan . Di tengah kekacauan ini, tokoh oposisi Israel memanfaatkan momentum: jika Israel dan Iran bisa berhenti perang lebih dulu, maka tak ada alasan untuk melanjutkan perang berdarah terhadap Gaza. Suara mereka mulai terdengar lebih lantang.
1. Gencatan Senjata Israel–Iran: Kronologi & Langkah Diplomatis
- Awal konflik: Pada pertengahan Juni, serangan udara gabungan AS–Israel menghantam beberapa fasilitas nuklir Iran—menurut Trump, ini “menghancurkan” kemampuan nuklir Teheran .
- Balasan Iran: Serangkaian rudal balistik, sebagian berhasil dicegat, meluncur ke wilayah Israel, menewaskan warga sipil di Beersheba .
- Kesepakatan gencatan: Trump mengumumkan gencatan pada 23 Juni, didukung Qatar sebagai mediator . Namun pemerintah Iran masih belum mengakui secara resmi, dengan Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyatakan “no agreement yet” dan menegaskan Iran hanya akan berhenti jika Israel menghentikan serangannya terlebih dulu .
- Ketegangan lanjutan: Beberapa jam setelah pengumuman gencatan, rudal dari Iran kembali diluncurkan, dan Israel kembali menembakkan serangan balasan .
Situasi ini memperlihatkan sifat gencatan yang rapuh—secara diplomatik tampak ada persetujuan, tapi di lapangan kekerasan tetap berlangsung.
2. Tuntutan Oposisi Israel: “Kalau Iran Bisa, Gaza Juga Bisa”
Suara dari barisan oposisi Israel mulai meninggi, menyoroti inkonsistensi antara dua front perang: Iran dan Gaza.
Tokoh utama:
- Yair Lapid
Mantan PM dan pemimpin oposisi centrist Yesh Atid. Ia menegaskan bahwa setiap “kepentingan politik harus dikesampingkan” demi mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera di Gaza . Selain menekankan pentingnya pembebasan sandera demi stabilitas nasional, Lapid juga mengusulkan peran jangka panjang Mesir dan internasional dalam tata kelola Gaza pasca-perang . - Benny Gantz
Mantan Menhan dan tokoh oposisi dari partai centrist. Gantz menyerukan gencatan senjata untuk memfasilitasi pembebasan sandera dan menolak ekspansi militer lebih lanjut ke Gaza .
Argumen oposisi:
- Preseden Iran: Jika Israel bisa setuju menghentikan serangan terhadap Iran, mestinya bisa melakukan hal serupa untuk perang yang sudah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
- Prioritas kemanusiaan: Oposisi menekankan bahwa negara harus memilih menyelamatkan sandera dan mengurangi korban sipil sebagai prioritas utama.
- Tekanan dari masyarakat: Petisi dari 3.500 veteran militer, 1.700 akademisi, serta 3.500 pihak medis dan kebudayaan menuntut gencatan segera . Protes publik di Tel Aviv dan Yerusalem kian masif, lengkap dengan sorakan “We want peace, not war” dan “The hostages before everything else!” .
3. Sikap Pemerintah & Koalisi Sayap Kanan
Sementara oposisi melancarkan desakan, koalisi kanan yang didukung Netanyahu menolak keras ide gencatan.
- Israel Katz (Menteri Pertahanan):
Mengancam Iran bahwa “Teheran will burn” jika rudal terus diluncurkan, mengisyaratkan sikap tanpa kompromi terhadap keamanan Israel . - Bezalel Smotrich & Itamar Ben-Gvir (Sayap kanan ekstrem):
Secara terbuka menolak gencatan, dengan Smotrich menyatakan perang harus dilanjut sampai “kemenangan,” bahkan mengisyaratkan penggulingan Netanyahu jika terlalu lembek . - Netanyahu:
Memutuskan untuk tidak melanjutkan perundingan gencatan dalam fase kedua kecuali Hamas memenuhi syarat tertentu—termasuk pembebasan sandera dan penghancuran infrastruktur Hamas .
Posisi ini mencerminkan pembelahan tajam antara argumentasi keamanan keras dan tekanan moral serta politik publik.
4. Dampak di Gaza: Hamas & Keluarga Sandera
Respons Hamas dari Gaza:
Hamas menuduh Israel menggunakan gencatan hanya sebagai taktik tawar untuk merebut sandera, bukan untuk perdamaian sejati .
Perwakilan Hamas sebelumnya menolak tawaran ekstensi fase pertama gencatan karena tidak menyertakan pembicaraan fase kedua yang mencakup pengakhiran perang total dan penarikan pasukan Israel .
Tekanan dari keluarga sandera:
Kelompok seperti Hostages and Missing Families Forum mendesak pertemuan darurat dengan para pemimpin Israel. Mereka memperingatkan bahwa kelanjutan operasi militer justru “akan mengubur sandera di Gaza” .
Seruan ini didukung oleh organisasi internasional. PBB akan mengadakan sesi utama untuk meminta penghentian permanen perang di Gaza .
5. Peran Internasional & Mediator
Diplomasi gencatan melibatkan berbagai negara:
- Amerika Serikat: Trump menyatakan gencatan sebagai kemenangan diplomasi—meski kontroversial—dan memberi sinyal dukungan kepada Israel terhadap Iran .
- Qatar & Mesir: Turut memfasilitasi negosiasi Iran–Israel dan juga terus menjadi mediator gencatan Gaza .
- Uni Eropa & PBB: Mendorong penghentian kedua konflik, mengutuk eskalasi kekerasan, dan merencanakan Konferensi Damai New York pada 17–20 Juni, yang akhirnya ditunda akibat konflik Iran–Israel .
6. Analisis & Prospek
Apakah momentum Iran bisa memengaruhi Gaza?
- Simetri diplomatik: Jika gencatan bisa diterima antara Israel dan kekuatan militer kuat seperti Iran, maka mengapa tidak dengan Hamas—yang secara militer relatif terbatas?
- Hambatan domestik: Koalisi hardliner Israel melihat gencatan Gaza sebagai ancaman terhadap misi mereka—ada kekhawatiran perang dilihat sebagai perpanjangan kekuasaan Netanyahu .
- Tuntutan kemanusiaan: Dengan lebih dari 56.000 korban tewas sejak Oktober 2023 , tekanan global dan domestik pada Israel semakin besar.
- Peran region & internasional: Konferensi New York dan resolusi PBB memberi kerangka global untuk strategi politik pasca-perang, terutama mengenai dua-negara dan transisi kekuasaan di Gaza
7. Kesimpulan & Rekomendasi
Momentum gencatan senjata Israel–Iran membuka peluang penting:
- Katalisator kebijakan: Jika masyarakat dan oposisi dapat menahan kekuatan sayap kanan, gencatan Gaza bisa menjadi strategi jangka panjang.
- Kemenlu AS, Qatar, Mesir perlu mendorong perdamaian simultan, memanfaatkan pengalaman sukses Iran sebagai preseden.
- Penguatan civil society: Suara publik dan protes bisa mendorong negara menuju negosiasi—apabila terus dipelihara secara strategis.
- Fokus pada fase-negosiasi kedua: Gencatan sementara harus diikuti pembicaraan jangka panjang—terutama masalah penarikan militer, penjaminan tahap rehabilitasi, dan skema keamanan jangka panjang.
8. Latar Belakang Sejarah Konflik Israel-Iran dan Dampaknya pada Gaza
Untuk memahami betapa pentingnya gencatan senjata antara Israel dan Iran, kita perlu melihat sejarah hubungan keduanya, serta bagaimana konflik ini berkelindan dengan situasi di Gaza.
Sejarah Permusuhan Israel dan Iran
Hubungan Israel dan Iran sebelum Revolusi Islam 1979 sebenarnya cukup bersahabat, dengan kerjasama intelijen dan ekonomi di bawah rezim Shah Pahlavi. Namun, setelah penggulingan Shah dan naiknya rezim Ayatollah Khomeini, Iran berubah menjadi negara anti-Israel paling keras di Timur Tengah.
Iran kemudian menjadi sponsor utama kelompok-kelompok militan anti-Israel seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza, memberikan dana, senjata, dan pelatihan .
Konflik Israel–Iran secara tidak langsung memicu perang di Gaza karena Hamas—yang mengendalikan Gaza—mendapat dukungan Iran, sehingga perang Gaza tak hanya soal lokal tetapi juga proxy conflict yang lebih luas .
Dampak Konflik Iran-Israel ke Gaza
Ketika terjadi eskalasi Israel vs Iran, risiko perang Gaza meluas makin besar. Misalnya:
- Pengalihan sumber daya militer Israel dari Gaza ke front Iran
- Peningkatan serangan balasan Hamas sebagai solidaritas terhadap Iran
- Pengetatan blokade dan isolasi Gaza yang memperburuk krisis kemanusiaan
Hal ini membuat upaya gencatan senjata di dua front (Iran dan Gaza) menjadi sangat sulit tanpa konsensus nasional Israel yang kuat .
9. Krisis Kemanusiaan di Gaza dan Tuntutan Masyarakat Sipil
Kondisi Kemanusiaan Terkini
Menurut laporan terbaru PBB, lebih dari 70% populasi Gaza hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem, dan lebih dari 80% mengandalkan bantuan kemanusiaan . Perang terbaru yang terjadi di Gaza sejak Oktober 2023 telah menghancurkan infrastruktur vital: rumah sakit, sekolah, dan instalasi air bersih.
Blokade Israel yang ketat memperparah situasi, membuat pasokan bahan pokok dan obat-obatan sangat terbatas .
Tekanan dari Masyarakat Sipil Israel dan Dunia
- Veteran Militer Israel yang menuntut agar negara mempertimbangkan etika perang, menekankan perlunya mengakhiri operasi militer yang membahayakan warga sipil.
- Kelompok Hak Asasi Manusia di dalam dan luar negeri mengutuk serangan tak pandang bulu dan mendesak gencatan segera.
- Demonstrasi Besar di Tel Aviv dan Yerusalem yang menunjukkan ketidakpuasan publik terhadap pemerintah Netanyahu .
10. Diplomasi Internasional dan Peran Mediasi
Amerika Serikat: Peran Ganda
AS berperan sebagai mediator sekaligus pendukung keamanan Israel. Presiden Trump aktif mendorong gencatan senjata dengan Iran sebagai cara untuk menstabilkan kawasan dan mempersiapkan perundingan lebih luas .
Namun, AS juga menghadapi kritik karena tidak cukup menekan Israel untuk mengakhiri perang di Gaza, yang memicu kerusakan kemanusiaan yang parah .
Qatar dan Mesir: Mediator Regional
Qatar, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Hamas dan Iran, menjadi mediator penting dalam menengahi gencatan senjata. Sementara Mesir menjadi penjaga perbatasan Rafah, yang menjadi titik masuk utama bantuan dan evakuasi dari Gaza .
Kedua negara ini menghadapi dilema besar antara mendukung rakyat Palestina dan menyeimbangkan hubungan dengan Israel dan AS.
PBB dan Uni Eropa
PBB berupaya mengadakan sesi darurat dan mendesak penghentian kekerasan. Uni Eropa mengancam akan memberikan sanksi tambahan jika kekerasan berlanjut dan menegaskan dukungan terhadap solusi dua negara .
11. Potensi Jangka Panjang: Menuju Perdamaian atau Perang Berkepanjangan?
Hambatan Perdamaian
- Ketidakpercayaan antar pihak yang mendalam, terutama antara Israel dan Hamas, serta Iran.
- Politik domestik Israel yang terfragmentasi dan dominasi kelompok garis keras.
- Kepentingan regional yang saling bertentangan termasuk Arab Saudi, Turki, dan negara-negara Teluk.
Peluang Perdamaian
- Gencatan senjata dengan Iran bisa menjadi model diplomasi yang direplikasi di Gaza jika ada kemauan politik.
- Keterlibatan aktor internasional yang lebih intensif untuk mengawasi dan menjamin kesepakatan.
- Tekanan masyarakat sipil dan organisasi internasional yang terus menerus.
12. Rekomendasi Kebijakan
- Dorongan dialog politik dalam negeri Israel untuk mengurangi polarisasi dan mencari kompromi.
- Penguatan peran mediator regional dan internasional agar perundingan lebih inklusif dan transparan.
- Fokus pada rehabilitasi kemanusiaan di Gaza sebagai prasyarat perdamaian.
- Pengawasan ketat terhadap pelaksanaan gencatan senjata dengan sanksi tegas jika dilanggar.
Kesimpulan Akhir
Gencatan senjata antara Israel dan Iran membuka harapan baru bagi perdamaian Timur Tengah. Seruan tokoh oposisi Israel untuk mengakhiri perang di Gaza menggambarkan tuntutan moral dan politis yang tak bisa diabaikan. Namun, jalan menuju perdamaian penuh tantangan besar, mulai dari dinamika politik domestik Israel hingga kompleksitas hubungan regional.
Perdamaian yang berkelanjutan membutuhkan kesepakatan politik yang inklusif dan perhatian serius terhadap kemanusiaan. Jika momentum ini dipertahankan dan diperkuat, bukan tidak mungkin konflik berkepanjangan di Gaza dan Israel akan menemukan titik temu.
13. Studi Kasus: Gencatan Senjata Sebelumnya dan Pelajaran untuk Konflik Saat Ini
Gencatan Senjata Israel–Hizbullah 2006
Konflik Israel–Hizbullah di Lebanon pada tahun 2006 menjadi contoh klasik bagaimana gencatan senjata dapat dicapai melalui tekanan internasional dan peran PBB (Resolusi 1701). Meski gencatan berlangsung, ketegangan dan insiden sporadis tetap terjadi selama bertahun-tahun .
Pelajaran utama adalah:
- Gencatan harus disertai dengan pengawasan internasional yang kuat agar tidak terjadi pelanggaran.
- Gencatan sementara tanpa penyelesaian akar masalah hanya menunda konflik.
- Keterlibatan aktor regional penting untuk menjamin kepatuhan.
Proses Damai Oslo dan Hambatannya
Kesepakatan Oslo pada 1990-an sempat membawa harapan besar bagi perdamaian Israel–Palestina. Namun, ketegangan dan kekerasan terus terjadi karena kurangnya kepercayaan, konflik internal, dan kurangnya implementasi komitmen kedua belah pihak .
Konflik Gaza hari ini menunjukkan pola serupa: gencatan senjata tanpa pembicaraan politik yang mendalam hanya akan menjadi jeda singkat.
14. Analisis Geopolitik: Iran, AS, dan Regionalisme Timur Tengah
Iran: Strategi Regional dan Pengaruh Militer
Iran memandang konflik dengan Israel sebagai pertarungan ideologis dan strategis. Dukungan Iran kepada Hamas dan Hizbullah adalah bagian dari “poros perlawanan” melawan pengaruh Barat dan Israel di Timur Tengah .
Dengan gencatan senjata, Iran dapat mengalihkan sumber daya dan memperkuat posisi diplomatiknya, terutama di arena internasional.
Amerika Serikat: Peran Katalis dan Penghalang
AS memiliki kepentingan strategis menjaga Israel aman, tetapi juga ingin stabilitas regional. Presiden Trump berperan sebagai mediator antara Israel dan Iran, namun juga menghadapi dilema: mendukung sekutu tanpa mengorbankan citra internasional karena situasi kemanusiaan di Gaza .
Negara-negara Arab dan Koalisi Teluk
Arab Saudi, UEA, dan negara Teluk lainnya mencoba menghindari eskalasi langsung dengan Israel dan Iran, namun juga mendorong solusi politik yang inklusif. Normalisasi hubungan beberapa negara Teluk dengan Israel membuat situasi lebih kompleks dan menambah dinamika baru di meja perundingan .
15. Wawancara Imajiner dengan Tokoh Oposisi Israel
Wartawan: “Bapak Lapid, mengapa Anda sangat mendesak gencatan senjata di Gaza sekarang, di tengah konflik dengan Iran yang juga belum selesai?”
Yair Lapid:
“Karena kita harus belajar dari pengalaman konflik dengan Iran—gencatan senjata itu bukan tanda kelemahan, tapi kebijaksanaan. Perang di Gaza sudah berjalan lama, banyak nyawa yang hilang tanpa tujuan strategis jelas. Jika kita bisa setuju dengan Iran, maka sangat tidak masuk akal kalau kita terus berperang di Gaza, membahayakan sandera kita dan warga sipil.”
Wartawan: “Bagaimana Anda melihat sikap pemerintah Netanyahu terhadap hal ini?”
Lapid:
“Sangat disayangkan pemerintah terlalu terpolarisasi dan terperangkap dalam politik kekerasan. Mereka menolak solusi damai karena takut kehilangan basis dukungan sayap kanan. Padahal, rakyat menginginkan perdamaian dan keamanan.”
16. Statistik dan Data Korban
- Korban jiwa di Gaza sejak Oktober 2023: lebih dari 56.000 tewas, termasuk 18.000 anak-anak.
- Korban Israel akibat rudal Iran dan Hamas: sekitar 1.500 tewas, ribuan luka-luka.
- Jumlah sandera yang ditahan Hamas: lebih dari 220 orang, termasuk warga sipil dan militer Israel.
- Kerusakan infrastruktur Gaza: 65% rumah hancur, 70% fasilitas kesehatan tidak berfungsi.
Data ini menegaskan urgensi penghentian perang untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mencegah bencana kemanusiaan lebih besar .
17. Pandangan Masyarakat Gaza dan Israel: Suara dari Lapangan
Banyak warga Gaza yang merasa perang ini bukan pilihan mereka, namun mereka menjadi korban utama. “Kami ingin hidup damai, anak-anak kami ingin sekolah, bukan bom,” kata seorang guru dari Gaza .
Di sisi Israel, warga sipil yang terus terancam rudal juga mendambakan ketenangan. “Kami lelah hidup dalam ketakutan,” ujar seorang ibu di Tel Aviv .
Penutup Final
Perang di Gaza dan konflik dengan Iran bukanlah pertarungan satu dimensi. Ini adalah konflik multi-lapis yang melibatkan ideologi, politik, kepentingan regional, dan kemanusiaan. Gencatan senjata Israel–Iran menjadi kesempatan langka yang harus dimanfaatkan untuk juga membuka pintu perdamaian di Gaza.
Masa depan Timur Tengah bergantung pada kemampuan para pemimpin untuk mengutamakan kemanusiaan dan kebijakan yang inklusif, bukan kekerasan yang tak berujung. Dunia mengawasi dan berharap agar suara-suara oposisi yang mendesak perdamaian didengar.
18. Perspektif Kemanusiaan: Mengapa Perang Harus Dihentikan Sekarang?
Dampak Psikologis pada Penduduk Gaza dan Israel
Perang yang berkepanjangan menyebabkan trauma mendalam bagi kedua belah pihak. Anak-anak di Gaza yang tumbuh dalam reruntuhan dan suara bom berisiko mengalami gangguan perkembangan dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) . Demikian juga anak-anak Israel yang terjebak dalam sirene serangan rudal.
Trauma ini berpotensi mewariskan kebencian dan dendam antar generasi, yang memperpanjang siklus konflik.
Krisis Kemanusiaan dan Kebutuhan Mendesak
- Kebutuhan Medis: Rumah sakit kekurangan obat dan tenaga medis, sehingga banyak pasien tidak tertangani dengan baik.
- Kelaparan dan Kekurangan Air: Blokade membuat warga Gaza sulit mengakses makanan bergizi dan air bersih.
- Pengungsian Massal: Lebih dari 1,5 juta orang mengungsi di dalam wilayah Gaza yang sangat kecil, menyebabkan kepadatan dan risiko wabah penyakit.
Memperpanjang perang sama artinya memperdalam penderitaan jutaan manusia yang tidak bersalah.
19. Respon Dunia Terhadap Konflik Gaza dan Iran-Israel
Reaksi Pemerintah dan Organisasi Internasional
- PBB: Mengeluarkan seruan darurat untuk gencatan senjata, dan berupaya mengirim bantuan kemanusiaan.
- Uni Eropa: Mengancam akan menjatuhkan sanksi jika kekerasan tidak dihentikan dan menekankan solusi dua negara.
- Negara-Negara ASEAN: Menyerukan dialog damai dan dukungan penuh terhadap hak asasi manusia.
Media dan Opini Publik Global
Media internasional semakin menyoroti penderitaan warga sipil, memicu gelombang solidaritas global. Demonstrasi anti-perang digelar di berbagai kota besar dunia, menuntut penghentian kekerasan .
20. Peran Tokoh Oposisi Israel dalam Menggerakkan Perdamaian
Tokoh oposisi Israel, seperti Yair Lapid dan Tzipi Livni, menggunakan platform mereka untuk menekan pemerintah agar mengutamakan solusi politik, bukan militer. Mereka juga menjalin komunikasi dengan kelompok moderat Palestina sebagai bagian dari strategi perdamaian .
Kehadiran suara oposisi sangat penting untuk mengurangi polarisasi dan membuka jalan dialog.
21. Prospek Jangka Panjang: Apa yang Diperlukan untuk Perdamaian Sejati?
- Dialog Politik yang Serius: Kedua belah pihak harus duduk bersama dengan mediator netral.
- Pengakuan Hak-Hak Dasar: Termasuk hak atas tanah, keamanan, dan pengakuan negara.
- Pembangunan Kembali dan Rekonsiliasi: Setelah perang usai, investasi besar dalam rekonstruksi Gaza dan pemulihan sosial.
- Peran Masyarakat Sipil: Keterlibatan aktif masyarakat untuk membangun kepercayaan dan mencegah kebencian berlanjut.
Kesimpulan Akhir: Harapan di Tengah Ketidakpastian
Gencatan senjata antara Israel dan Iran membuka peluang langka yang tidak boleh disia-siakan. Seruan tokoh oposisi Israel untuk mengakhiri perang di Gaza adalah suara hati nurani yang mencerminkan keinginan banyak orang demi perdamaian dan kemanusiaan.
Meski tantangan besar masih menghadang, komitmen bersama dan tekanan internasional dapat mengubah konflik berkepanjangan menjadi peluang dialog yang bermakna.
Dunia menunggu keputusan berani para pemimpin dan kesediaan rakyat untuk melangkah menuju masa depan tanpa perang.
baca juga : Sampel DNA Korban Mutilasi di Padang Dikirim ke Puslabfor Mabes Polri