Wapres Vance Buka Suara soal Alasan AS Serang Situs Nuklir Iran, Demi Keamanan Dunia?

📌 1. Konteks Serangan AS terhadap Situs Nuklir Iran

1.1 Operasi “Midnight Hammer”

Pada tanggal 21–22 Juni 2025, Presiden Trump memerintahkan serangkaian serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan—disebut “Operation Midnight Hammer”. Menurut Trump, serangan ini “completely and totally obliterated” target nuklir Iran dan disebut “spectacular military success” cbsnews.com+5internasional.kompas.com+5timesofindia.indiatimes.com+5apnews.com+6en.wikipedia.org+6washingtonpost.com+6.

Namun, laporan intelijen terbaru dari Defense Intelligence Agency (DIA) menyebut bahwa kerusakan hanya bersifat sementara—menunda program nuklir Iran beberapa bulan, tetapi tidak menghancurkannya secara total washingtonpost.com.

1.2 Reaksi Intelijen dan Pakar

Laporan intelijen dan citra satelit menunjukkan bahwa Iran sempat menggeser uranium terkaya keluar dari fasilitas sebelum serangan, menyisakan infrastruktur penting seperti sentrifugal yang masih utuh . Analis internasional memperingatkan: pengrusakan fisik fasilitas nuklir tanpa disertai diplomasi lanjut bisa mempercepat proliferasi — atau memicu pembangunan kembali lebih cepat apnews.com+4washingtonpost.com+4internasional.kompas.com+4.


2. Pandangan Wapres J.D. Vance

2.1 Strategi “Trump Doctrine”

Dalam pidato di Ohio GOP dinner (24 Juni 2025), Vance memaparkan apa yang ia sebut “Trump Doctrine”:

  1. Tentukan kepentingan nasional AS secara jelas
  2. Gunakan diplomasi agresif
  3. Guna pakai kekuatan militer bila perlu, lalu segera mundur economictimes.indiatimes.com+14politico.com+14thedailybeast.com+14internasional.kompas.com

Vance memuji serangan AS sebagai “wildly successful”, menegaskan bahwa produsen nuklir Iran berhasil diserang tanpa ada korban AS politico.com.

2.2 Tujuan Serangan: Program Nuklir, Bukan Rezim

Vance dan pejabat senior seperti Rubio dan Hegseth menyatakan bahwa tujuan utama serangan hanya menghancurkan program nuklir, bukan menggulingkan rezim Ayatollah Khamenei en.wikipedia.org+15time.com+15en.wikipedia.org+15.

Dalam wawancara di “Meet the Press”, Vance menegaskan:

2.3 Manajemen Risiko Retaliasi

Vance memperingatkan bahwa pembalasan Iran bisa direspons AS dengan “kekuatan luar biasa”, menyebut gagasan mereka menutup Selat Hormuz sebagai “stupidest thing in the world” .


3. Alasan “Demi Keamanan Dunia”

3.1 Cegah Proliferasi Nuklir

Vance menyoroti misi utama AS: menghentikan upaya Iran mencapai senjata nuklir. Jika Iran berhasil membuat senjata, bisa memicu negara-negara Timur Tengah lain berlomba ikut—merusak pola keamanan global .

Pernyataan Vance:

“If Iran gets a nuclear weapon… you’re going to see nuclear proliferation all over the Middle East.” foxnews.com

3.2 Memperkuat Deterrence

Vance berkata bahwa keberhasilan militer AS dalam menyerang program nuklir Iran adalah bentuk peace through strength, dengan memulihkan stabilitas global .

3.3 Fokus Diplomasi Selektif

Vance berpandangan bahwa AS tidak harus menjadi pengawas global terus-menerus. Dengan mempercayakan kekuatan regional pada Israel dan negara Teluk, AS bisa fokus pada kepentingan utama—seperti mencegah proliferasi nuklir thedailybeast.com+11timesofisrael.com+11internasional.kompas.com+11.


4. Kritik dan Tantangan

4.1 Evaluasi Kerusakan dan Efektivitas

  • Intelijen DIA: efeknya hanya penundaan beberapa bulan, memungkinkan Iran menyiapkan fasilitas baru .
  • The Guardian mencatat ada 400 kg uranium tingkat tinggi masih utuh, membuat hasil serangan hanya sementara apnews.com+3theguardian.com+3apnews.com+3.

4.2 Potensi Eskalasi Konflik

Pakar di Vox memeringatkan risiko: operasi terbatas bisa memaksa AS melakukan lebih banyak serangan, mendorong Iran balas dan membuka pintu konflik berkepanjangan ala Irak .

4.3 Legalitas dan Otorisasi Politik

Beberapa anggota Kongres mempertanyakan apakah Trump memiliki otoritas militer semacam itu tanpa persetujuan Kongres. Speaker Johnson menyoroti kedudukan War Powers Act apnews.com.

4.4 Tanggapan Global


5. Dimensi Diplomatik

5.1 Negosiasi Nuklir

Sejak 12 April 2025, AS dan Iran melibatkan Oman sebagai perantara diplomatik—Vance menyatakan proses berjalan “so far, so good”. Namun ia menegaskan bahwa adalah hal tidak dapat diterima bagi Iran mempertahankan kapasitas pengayaan nuklir tinggi .

5.2 Jalur Non-Nuklir: Energi Sipil

Vance menegaskan AS tidak menutup kesempatan Iran memiliki energi nuklir sipil, selama enrikment-nya terbatas dan tidak tiba-tiba “flip the switch” ke senjata nuklir .


6. Kesimpulan & Evaluasi Akhir

AspekRangkuman
Motivasi ASMencegah Iran memiliki senjata nuklir demi stabilitas global
Pendekatan VanceDoktrin ketiga (nuklir-focused) di bawah payung “Trump Doctrine”
KeberhasilanKlaim sukses total disanggah intelijen (hanya penundaan)
RisikoEskalasi konflik; legalitas serangan; retaliasi regional
DiplomasiRuang negosiasi masih terbuka; ketentuan pengayaan nuklir jadi titik debat
Tantangan UtamaMenyeimbangkan antara tekanan militer dan diplomasi jangka panjang

Pernyataan Langsung Wapres Vance

Beberapa kutipan kunci dari Vance:

“If Iran gets a nuclear weapon… you’re going to see nuclear proliferation all over the Middle East.”
— menunjukkan kekhawatiran AS terhadap domino efek nuklir politico.com+1thedailybeast.com+1reddit.com+2foxnews.com+2israelnationalnews.com+2

“We want diplomacy—but if diplomacy fails, military action must be decisive…and then we leave.”
— inti dari doktrin “clear interest – diplomacy – decisive force – exit” thedailybeast.com

“America doesn’t have to constantly police every region… let the Israelis and the Gulf Arab states provide counterbalance.”
— strategi desentralisasi beban kawasan timesofisrael.com


Final Thoughts

Serangan terhadap situs nuklir Iran yang didukung Vance dikemukakan sebagai bentuk tekanan militer untuk mencegah proliferasi nuklir. Vance menyatakan adanya kesuksesan strategi ini, meski laporan intelijen menunjukkan efektivitas yang terbatas. Meskipun demikian, Vance tetap menegaskan bahwa AS akan menggabungkan tekanan militer dan tekanan diplomatik dalam kerangka yang fokus.

Serangan seperti ini menimbulkan dilema antara kebutuhan mencegah proliferasi nuklir dan risiko eskalasi militer. Pertanyaan yang masih tergantung hanyalah: apakah penundaan program Iran cukup untuk membuka jalan lewat diplomasi—atau justru memicu konflik lebih besar?


đź’ˇ Catatan Penutup

Artikel ini menyajikan sinopsis mendalam secara terstruktural, kritis, dan data-backed, tanpa menambah opini subjektif. Bila Anda ingin informasi lebih lanjut terkait aspek teknis nuklir Iran, respons regional negara Teluk, atau posisi resmi Kongres AS—jangan ragu untuk bertanya!


7. Sejarah Singkat Program Nuklir Iran

7.1 Akar Program: 1950–1979

Iran mulai mengembangkan teknologi nuklir pada 1957 melalui program “Atoms for Peace” dari AS. Pada 1974, di bawah Shah Reza Pahlavi, Iran memiliki rencana ambisius membangun 20 reaktor nuklir sipil. Namun, Revolusi Islam 1979 menghentikan kerja sama itu .

7.2 1980–2000: Pengembangan Tertutup

Setelah Revolusi Islam dan Perang Iran–Irak (1980–1988), Iran diam-diam melanjutkan pengembangan nuklir. Tahun 2002, program rahasia seperti Natanz dan Arak terungkap oleh kelompok oposisi Iran, memicu kekhawatiran internasional bahwa Iran tidak semata mengejar energi sipil, tapi potensi senjata .

7.3 JCPOA dan Pasca-2018

Pada 2015, Iran menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan AS, Uni Eropa, Rusia, dan China. Iran setuju membatasi pengayaan uranium, mengurangi stok, dan menerima inspeksi IAEA.

Namun, pada 2018, Presiden Trump menarik AS keluar dari JCPOA, menyebutnya “worst deal ever made”. Setelah itu, Iran secara bertahap meningkatkan level pengayaan dan mempercepat programnya .


8. Posisi Geopolitik AS dan Aliansi Regional

8.1 Kepentingan AS di Timur Tengah

AS memiliki tiga kepentingan utama di kawasan:

  1. Akses energi global (selat Hormuz, ladang minyak Teluk)
  2. Keamanan mitra regional (Israel, Arab Saudi, UEA)
  3. Pencegahan proliferasi nuklir

8.2 Peran Israel dan Arab Saudi

Israel menyebut Iran sebagai eksistensial threat. Mereka memiliki sejarah panjang melakukan sabotase program Iran (virus Stuxnet, pembunuhan ilmuwan, dll). Arab Saudi juga menentang program nuklir Iran dan telah menyatakan akan menyeimbangkan kekuatan jika Iran memiliki senjata .

Wapres Vance mengindikasikan bahwa AS saat ini “tidak akan ikut campur terlalu dalam” dalam konflik kawasan bila partner regional mampu menahan ancaman Iran.


9. Reaksi Internasional

9.1 Rusia dan China

  • Rusia menyebut serangan AS “provokasi yang melanggar hukum internasional”.
  • China menyerukan “penghentian segera aksi militer dan dimulainya diplomasi multilateralisme.”

Kedua negara mendesak agar IAEA tetap diberi akses penuh oleh Iran, dan memperingatkan AS tidak menjadikan kawasan sebagai “papan catur geopolitik.”

9.2 Eropa dan PBB

  • Uni Eropa mendesak “semua pihak menahan diri”, dan mendesak kembalinya perundingan seperti JCPOA.
  • Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyerukan “de-eskalasi segera”.

9.3 Israel: Dukungan Penuh

Perdana Menteri Israel mendukung langkah AS, menyebutnya “respons proporsional terhadap ancaman yang tidak bisa ditoleransi.”


10. Potensi Respons Iran dan Risiko Retaliasi

10.1 Serangan Balasan: Kemungkinan Realistis?

Iran telah mengancam menutup Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak utama. Vance menyebut ide ini sebagai “langkah bodoh” yang akan memicu respons militer telak dari AS.

Iran juga memiliki sekutu non-negara seperti:

  • Hizbullah di Lebanon
  • Milisi Syi’ah di Irak dan Suriah
  • Houthi di Yaman

Kemungkinan besar serangan asimetris akan terjadi sebagai bentuk balasan tak langsung .

10.2 Risiko Terjebak Konflik Berkepanjangan

Banyak analis membandingkan potensi konflik ini dengan Perang Irak 2003. Meskipun Vance menolak gagasan invasi darat, setiap retaliasi bisa memicu siklus yang meningkatkan keterlibatan militer AS.


11. Masa Depan: Diplomasi atau Konflik?

11.1 Kembali ke Meja Perundingan?

Peluang diplomasi masih ada, terutama jika Iran ingin menghindari sanksi tambahan dan tekanan internasional. Oman dan Qatar tengah menjadi perantara antara AS dan Iran, sebagaimana pernah terjadi dalam awal JCPOA.

Namun, skeptisisme tinggi di kedua pihak:

  • Iran merasa dikhianati setelah AS keluar dari JCPOA 2018.
  • AS tidak ingin mengulangi kesalahan masa lalu jika Iran tetap “mencurangi” batasan.

11.2 Solusi Permanen?

Beberapa opsi jangka panjang yang dipertimbangkan:

  1. Zona Bebas Nuklir Timur Tengah (mirip Treaty of Tlatelolco)
  2. Inspeksi penuh dari IAEA + penghapusan sanksi
  3. Jaminan keamanan + normalisasi hubungan Iran-AS secara bertahap

Semua opsi ini membutuhkan komitmen dan kepercayaan politik yang dalam kondisi sekarang, sangat rapuh.


12. Penutup: Apakah Demi Keamanan Dunia?

Pertanyaan utama artikel ini: Apakah tindakan militer AS terhadap situs nuklir Iran benar-benar demi keamanan dunia?

Ya, jika:

  • Serangan itu efektif mencegah Iran dari memperoleh senjata nuklir
  • Mencegah efek domino nuklir di Timur Tengah
  • Meningkatkan leverage diplomasi

Tidak, jika:

  • Hanya menunda, bukan menghentikan
  • Memicu perang terbuka dan instabilitas regional
  • Menyulut balasan yang menyeret kawasan ke konflik lebih luas

📚 Referensi (sumber utama):

  1. Politico: “Vance outlines the Trump Doctrine at Ohio dinner”
  2. WSJ: “Vance: We are at war with Iran’s nuclear program”
  3. AP News: “US intel: Iran strikes only delayed program by months”
  4. The Guardian: “400kg uranium remains untouched after US strikes”
  5. BBC History: “Iran’s Nuclear Program: Timeline and JCPOA breakdown”
  6. IAEA Reports 2023–2025
  7. The Economist & Al-Monitor: “Strategic Fallout of the Iran Strike”

13. Dampak Jangka Panjang Serangan AS terhadap Program Nuklir Iran

13.1 Penundaan Program Nuklir: Berapa Lama?

Laporan intelijen AS dan IAEA menunjukkan bahwa serangan fisik terhadap situs Fordow dan Natanz dapat menunda kemampuan Iran memperkaya uranium hingga tingkat senjata nuklir selama beberapa bulan sampai satu tahun. Namun, sejarah menunjukkan bahwa Iran mampu mengganti fasilitas dan mempercepat pembangunan dengan dukungan teknis dari negara sekutu .

Iran juga menguasai teknik pengayaan tersembunyi yang sulit dideteksi, termasuk fasilitas bawah tanah. Maka, kerusakan fisik bukan satu-satunya variabel menentukan .

13.2 Penguatan Teknologi dan Keamanan Fasilitas

Setelah serangan, Iran kemungkinan akan meningkatkan sistem keamanan dan penyembunyian fasilitas, menggunakan teknologi baru dan memperkuat jaringan bawah tanah. Investasi di R&D nuklir dan kemampuan siber juga diprediksi naik .

13.3 Perubahan Strategi Iran

Serangan AS memaksa Iran berpikir ulang tentang strategi nuklir mereka, mungkin lebih cepat mengejar senjata nuklir kecil (taktis) atau mengembangkan kemampuan rudal balistik sebagai pencegah utama .


14. Persepsi Publik dan Implikasi Domestik

14.1 Di Amerika Serikat

  • Pendukung Trump dan Partai Republik: Memuji langkah militer sebagai bukti “kekuatan Amerika kembali”.
  • Demokrat dan kelompok anti-perang: Mengkritik sebagai eskalasi yang berisiko tanpa mandat Kongres. Ada kekhawatiran perang baru tanpa tujuan jelas.
  • Media dan akademisi: Menganalisis risiko jangka panjang dan perlunya dialog.

Vance sendiri menghadapi kritik dari beberapa anggota Kongres yang ingin lebih banyak pengawasan .

14.2 Di Iran

  • Pemerintah Khamenei menggunakan serangan sebagai alat propaganda untuk memperkuat narasi “Musuh Barat” dan memperkokoh dukungan domestik.
  • Aktivis anti-pemerintah khawatir serangan akan memperparah kondisi ekonomi dan kebebasan sipil, tapi suara mereka terbatas.
  • Publik Iran dibagi antara rasa nasionalisme tinggi dan keinginan stabilitas.

15. Refleksi Filosofis: “Keamanan Dunia” sebagai Justifikasi Intervensi

15.1 Konsep “Keamanan Dunia”

Frasa “demi keamanan dunia” sering digunakan untuk melegitimasi intervensi militer, termasuk dalam konteks non-proliferasi nuklir. Namun, konsep ini memiliki sisi ambigu:

  • Apakah keamanan dunia berarti stabilitas jangka pendek, atau keamanan berkelanjutan?
  • Siapa yang menentukan “keamanan dunia” dan perspektif mana yang diutamakan?
  • Apakah intervensi yang melibatkan kekerasan militer betul-betul membawa perdamaian, atau justru memperparah konflik dan ketidakstabilan?

15.2 Konstruksi Hegemoni dan Kepentingan Nasional

Beberapa pemikir kritis berargumen bahwa “keamanan dunia” yang dipakai negara-negara besar seringkali sebenarnya melindungi kepentingan nasional hegemoniknya, dengan konsekuensi merugikan negara lain .

15.3 Diplomasi Sebagai Jalan Tengah

Dari perspektif idealis, diplomasi yang melibatkan semua pihak dengan transparansi dan rasa hormat menjadi kunci utama. Tindakan militer sebaiknya merupakan opsi terakhir dan harus disertai mekanisme pengawasan internasional yang kuat .


16. Rangkuman Akhir

Serangan AS terhadap situs nuklir Iran, sebagaimana dijelaskan oleh Wapres Vance, dimaksudkan untuk menjaga keamanan dunia dengan mencegah proliferasi senjata nuklir. Namun, kompleksitas geopolitik, reaksi beragam dari berbagai aktor, dan konsekuensi jangka panjang dari tindakan militer ini menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai efektivitas dan moralitas dari kebijakan tersebut.

Ke depan, keseimbangan antara tekanan militer dan diplomasi, disertai dialog konstruktif dengan Iran serta mitra regional, menjadi sangat krusial untuk menjaga perdamaian dan keamanan global.

17. Implikasi Ekonomi Global

17.1 Gangguan Pasokan Minyak Dunia

Iran merupakan salah satu eksportir minyak utama, khususnya melalui Selat Hormuz — jalur kritis yang menghubungkan Teluk Persia ke pasar global. Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran berpotensi memicu ketegangan yang membuat Iran menutup atau mengancam menutup Selat Hormuz sebagai respons balasan .

Penutupan ini bisa mempengaruhi sekitar 20% pasokan minyak dunia, menyebabkan lonjakan harga minyak yang berdampak pada ekonomi global, inflasi, dan kestabilan pasar energi .

17.2 Dampak Sanksi dan Ketidakpastian Politik

Selain gangguan fisik, sanksi ekonomi AS yang ketat terhadap Iran juga membatasi perdagangan energi dan investasi. Ketidakpastian geopolitik menurunkan kepercayaan investor dan mendorong volatilitas pasar finansial .


18. Peran Lembaga Internasional dan Politik Kongres AS

18.1 Lembaga Internasional: IAEA dan PBB

  • IAEA: Bertugas memantau kegiatan nuklir Iran dan melaporkan secara independen. Setelah serangan, IAEA meningkatkan inspeksi dan verifikasi. Namun, akses ke beberapa situs masih dibatasi Iran .
  • PBB: Melalui Dewan Keamanan, PBB mencoba mencegah eskalasi dan mencari solusi diplomatik. Namun, perbedaan kepentingan anggota tetap menjadi kendala.

18.2 Politik Kongres AS

Serangan tanpa otorisasi Kongres memicu perdebatan mengenai War Powers Act dan kewenangan eksekutif dalam menggunakan kekuatan militer. Beberapa anggota Kongres menuntut transparansi lebih dan kemungkinan pengawasan ketat terhadap kebijakan luar negeri terkait Iran .


19. Skenario Masa Depan Konflik Iran-AS

SkenarioDeskripsiPotensi Risiko
1. Eskalasi MiliterSerangan balasan Iran berkembang menjadi konflik berskala lebih luas di Timur Tengah.Perang regional, keterlibatan AS lebih dalam, krisis kemanusiaan.
2. Stalemate dan Perang ProksiKetegangan berlanjut tanpa konflik terbuka, dengan perang proxy melalui milisi.Ketidakstabilan berkepanjangan, kerusakan ekonomi dan sosial.
3. Diplomasi dan Kesepakatan BaruNegosiasi berhasil menghasilkan pembatasan nuklir dan pengurangan sanksi.Stabilitas relatif, perbaikan hubungan, namun butuh waktu panjang.
4. Penarikan dan Status Quo BaruAS mengurangi keterlibatan militer, Iran memperkuat posisi regionalnya.Risiko proliferasi nuklir meningkat, ketegangan tetap tinggi.

20. Kesimpulan Akhir

Serangan AS atas situs nuklir Iran yang didukung oleh Wapres Vance merupakan salah satu langkah strategis dalam upaya mencegah proliferasi nuklir di Timur Tengah. Meskipun memiliki alasan yang kuat terkait keamanan dunia, serangan ini membawa dampak luas dari aspek militer, politik, ekonomi, hingga diplomasi.

Keberhasilan jangka panjang bergantung pada bagaimana AS dan Iran dapat memadukan tekanan dengan negosiasi yang konstruktif, sementara komunitas internasional perlu memainkan peran lebih aktif untuk menghindari eskalasi konflik yang dapat mengancam stabilitas regional dan global.

21. Dampak Sosial dan Kemanusiaan di Kawasan Timur Tengah

21.1 Krisis Pengungsi dan Migrasi

Konflik berkepanjangan di Timur Tengah, termasuk potensi eskalasi akibat serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, berpotensi memicu gelombang pengungsi baru. Negara-negara tetangga seperti Irak, Turki, dan Yordania berisiko kewalahan menerima pengungsi yang melarikan diri dari zona konflik .

21.2 Kerusakan Infrastruktur dan Krisis Kemanusiaan

Serangan dan retaliasi militer dapat menghancurkan infrastruktur vital, termasuk rumah sakit, sekolah, dan fasilitas air bersih. Ini memperparah krisis kemanusiaan yang sudah dialami oleh banyak warga di kawasan. Akses bantuan kemanusiaan menjadi sangat terbatas dalam kondisi konflik .

21.3 Ketegangan Antar-komunitas

Ketegangan antar kelompok etnis dan agama di Timur Tengah juga bisa meningkat akibat konflik ini, khususnya antara kelompok Syiah dan Sunni, yang kerap menjadi garis pemisah dalam perang proksi. Ini dapat mengakibatkan kerusuhan sosial dan memperpanjang konflik internal .


22. Peran Media dan Opini Publik Global

22.1 Media Massa dan Penyebaran Informasi

Media berperan penting dalam membentuk persepsi publik tentang konflik. Liputan yang bias atau propaganda dapat memperkeruh situasi dan memperkuat narasi permusuhan. Berbagai media di AS, Iran, dan dunia Arab memiliki sudut pandang berbeda mengenai serangan ini .

22.2 Opini Publik Global

Masyarakat internasional umumnya terbelah antara yang mendukung langkah AS sebagai tindakan pencegahan, dan yang mengecamnya sebagai agresi yang memperburuk situasi. Organisasi masyarakat sipil dan kelompok perdamaian global menyerukan dialog dan solusi damai .


23. Pendidikan dan Dialog Lintas Budaya: Kunci Mencegah Konflik Nuklir

23.1 Membangun Kesadaran dan Pemahaman

Pendidikan yang menanamkan nilai perdamaian, toleransi, dan pemahaman lintas budaya penting untuk mencegah konflik. Program-program pertukaran pelajar dan dialog antar agama dapat mengurangi prasangka dan stereotip yang sering menjadi akar konflik .

23.2 Penguatan Institusi Multilateral

Organisasi internasional perlu memperkuat mekanisme dialog dan mediasi, memfasilitasi komunikasi antara pihak-pihak yang berkonflik agar keputusan dapat diambil secara kolektif dan berkeadilan .


24. Penutup Reflektif

Konflik nuklir dan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran bukan hanya persoalan geopolitik atau keamanan militer, tetapi juga merupakan masalah kemanusiaan, sosial, dan budaya yang mendalam. Solusi jangka panjang harus melibatkan seluruh elemen masyarakat global, dari pemerintah, lembaga internasional, media, hingga masyarakat sipil.

Keamanan dunia sejati hanya bisa dicapai jika ada dialog tulus, edukasi yang mendorong empati, dan komitmen bersama untuk menghindari perang yang merusak masa depan generasi mendatang.

baca juga : Usai Gencatan Senjata dengan Iran, Tokoh Oposisi Israel Desak Akhiri Perang di Gaza